Rabu, 27 Oktober 2010

Elegan, Penuh Energi, dan Cantik : Dua Dari Trilogi Opera Jawa “Tusuk Konde”

Pertama kali mendengar berita, ada teater musical, aku tertarik, ditambah lagi dengan informasi Garin Nugroho sutradaranya. Ya, tentu tidak akan kulewatkan. Penasaran. Alasan pertamaku. Berdasarkan informasi, Opera Jawa menceritakan tentang kisah Ramayana, ya, aku pikir kalo hanya Kisah Ramayana seperti wayang, pasti bukan Garin. Kubayangkan Garin, sosok seniman, yang penuh ide tafsir cerdas. Penasaran, lagi lagi kata itu kuungkapkan, seperti apa Ramayana dikisahkan oleh Garin? Seperti teater musikal dengan para penari profesional?


(seashoredisco.blogspot.com)

Simbolik, kesan pertamaku, pertama kali memasuki lobi gedung pertunjukan Teater Besar ISI Surakarta. Lobi tersebut diperuntukkan untuk pameran foto Opera Jawa yang telah ditampilkan di beberapa negara, akan tetapi keberadaan kukusan nasi besar dikelilingi kain merah, menimbulkan pertanyaan ”Apa maksudnya? Apakah berhubungan dengan cerita Tusuk Konde?”

Teater diawali dengan monolog oleh dalang, dengan bahasa Jawa, vokal dan nada gamelan dan tetabuhan Bali yang mengiringi, terlihat bahwa ini teater perpaduan budaya Jawa. Empat pasang penari muncul di panggung, menari di atas panggung diiringi gamelan Bali. Selanjutnya, adegan diawali oleh Limbuk (Endah Laras) yang melakukan narasi tentang sekilas kisah Tusuk Konde. Tiga buah kukusan nasi yang diletakkan sebelum pertunjukkan akhirnya terbuka dan muncullah tiga tokoh utama yaitu Rama (Heru Purwanto), Sinta (Dwi Nurul Hidayah), dan Rahwana (Eko Supriyanto). Peristiwa tersebut memaknai kelahiran.


SINOPSIS : Kisah diawali saat Sinta memilih Rama sebagai pendamping hidupnya. Sinta memberi Rama sebuah konde dan Rama memberi Sinta sehelai rambutnya sebagai perlambang sumpah setia pernikahan. Rahwana memiliki kukusan nasi besar terbuat dari bambu sebagai simbol pegunungan dan dominasi kehidupan. Rama hendak pergi bertapa dan meninggalkan Sinta dengan perlindungan lingkaran ajaib di sekeliling Sinta, disimbolkan dengan penari-penari mengelilingi Sinta. Sepeninggal Rama, Rahwana merayu Sinta dengan kekuasaan dan cinta dan akhirnya Sinta tak kuasa menahan rayuan Rahwana, mulai bermain api dengan Rahwana. Sepulang dari bertapa, Rama merasakan ada perubahan dalam diri Sinta, dan akhirnya dia mengetahui bahwa Sinta sudah tidak setia pada pernikahan mereka. Tak kuasa menahan amarah, Rama dikuasai murka membunuh Rahwana dan selanjutnya membunuh Sinta dengan tusuk konde pemberian Sinta.

Menurutku melalui pertunjukkan teater musikal tersebut, terlihat bahwa Garin telah berusaha membumikan Ramayana dengan kisah cinta, pertarungan, pengkhiatanan, balas dendam. Kisah Ramayana yang dinilai romantis menjadi kisah cinta yang posesif, cinta yang membutakan. Balutan musik tanah Jawa : Bali, Yogyakarta/Solo, daerah pesisir utara (dengan bahasa ngapak), dan Jawa Barat berpadu elegan dengan energi pemain teater sebagai penari, penembang dan pemain watak. Berlapis-lapis makna di pertunjukkan ini, makna musik, syair, gerak tubuh melalui tarian, simbolik benda-benda sederhana, dan tata artistik panggung.

Elegan, penuh energi, dan cantik itulah ”Tusuk Konde” dua dari trilogi Opera Jawa.

Salam,


Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengaruh Bahan Kimia Pada Manusia

Antara satu zat kimia dengan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi dapa...