Selasa, 18 Juni 2013

Kearifan Budaya Lokal : Festival Gerobak Sapi


Festival Gerobak Sapi ditawarkan oleh suamiku (Imam) untuk menyegarkan minggu pagi Juni 2013 ini. Penasaran, seperti apa bentuk gerobak sapi? Penasaran dengan sapi-sapi pengangkut, kurus atau gemuk-gemuk? Festival ini tentang apa tho? Rasa itu muncul, karena aku belum pernah sekalipun melihat gerobak sapi di daerah asalku, Pemalang. Aku hanya pernah melihat sapi untuk membantu di sawah. Pada brosur tertulis dimulai jam tujuh pagi festival dimulai. Kira-kira jam delapan kita sampai di lapangan stadion Maguwoharjo, Sleman, tempat pelaksaan festival. Woooowww…banyak sekali gerobak-gerobak sapi di sana, berbagai warna, meski banyak keseragaman warna. Berbagai macam warna sapi, berbagai usia sapi, dan penarik gerobak sapi (akhirnya aku tahu disebut “bajingan” dalam Bahasan Jawa) dengan berbagai rentang usia tua sampai muda (10 tahun)
Ramai pengunjung Festival Gerobak Sapi 2013

Sapi-sapi penarik gerobak

Simbah kakung turut berpartisipasi dalam festival
Salah satu 'bajingan' cilik penerus budaya gerobak sapi
Gerobak sapi dengan berbagai hiasan, lonceng-lonceng kecil, hasil bumi (pisang, beras, kelapa, dll), berbagai warna, berbagai ‘tagline’ bahasa Jawa, antara lain “Rukun Agawe Santoso”. Menurutku gerobak sapi merupakan bentuk budaya kearifan lokal dan diharapkan tentang hidup. 

Lonceng-lonceng penghias gerobak sapi
Ijo royo-royo hasil bumi penghias gerobak sapi
Nasehat adiluhung Jawa penghias gerobak sapi
Meskipun, saat ini fungsi gerobak sapi sebagai sumber penghidupan sudah berkurang, tetapi aku bangga kepada komunitas masyarakat yang masih tetap mempertahankan gerobak sapi untuk kumpul bersama misal, keliling dusun, seperti yang diceritakan oleh salah satu bapak pemilik gerobak sapi kepadaku.
Salam Budaya!

Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengaruh Bahan Kimia Pada Manusia

Antara satu zat kimia dengan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi dapa...