Saat mengolah makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan produk makanan yang disukai dan bermutu
baik serta aman untuk dikonsumsi. Karena itu, pada proses pembuatannya sering dilakukan penambahan “bahan tambahan makanan” atau BTM antara lain bahan pengawet, pengenyal, pewarna, dan lain-lain. Zat kimia yang digunakan dalam pengawetan pangan terbagi dalam dua kelompok; komponen makanan biasa seperti gula dan garam, dan berbagai bahan khusus yang mencegah atau memperlambat kerusakan pangan.
Beberapa bahan atau zat yang sering disalahgunakan dalam pengolahan makanan karena bersifat toksis antara lain boraks, formalin dan rhodamine B. Penggunaan boraks sebagai bahan tambahan makanan telah dilakukan lama, antara lain dalam pembuatan krupuk gendar. Boraks oleh pedagang dikenal dengan nama bleng, cetitet, puli, atau obat gendar (bahasa Jawa). Penggunaan boraks termasuk dalam Bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan No 1168/Menkes/Per/X/1999 sebagai berikut :
baik serta aman untuk dikonsumsi. Karena itu, pada proses pembuatannya sering dilakukan penambahan “bahan tambahan makanan” atau BTM antara lain bahan pengawet, pengenyal, pewarna, dan lain-lain. Zat kimia yang digunakan dalam pengawetan pangan terbagi dalam dua kelompok; komponen makanan biasa seperti gula dan garam, dan berbagai bahan khusus yang mencegah atau memperlambat kerusakan pangan.
Beberapa bahan atau zat yang sering disalahgunakan dalam pengolahan makanan karena bersifat toksis antara lain boraks, formalin dan rhodamine B. Penggunaan boraks sebagai bahan tambahan makanan telah dilakukan lama, antara lain dalam pembuatan krupuk gendar. Boraks oleh pedagang dikenal dengan nama bleng, cetitet, puli, atau obat gendar (bahasa Jawa). Penggunaan boraks termasuk dalam Bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan No 1168/Menkes/Per/X/1999 sebagai berikut :
- Natrium Tetraborat ( Borax)
- Formalin (Formaldehyde)
- Minyak Nabati yang di Brominasi/ Brominated vegetable oil.
- Kloramfenikol ( Chlorampenicol )
- Kalium Klorat ( Potassium Chlorate )
- Diethil pirokarbonat (Diethyl Pyrocarbonate, DEPC)
- Nitrofurazon (Nitrofurazon)
- P-Penetilkarbamida ( P-Penethylcarbamide, dulcin,4-ethoxy phenil uea)
- Asam Salisilat dan Garamnya ( salicylic acid and its salt)
Menurut Permenkes No 1168/Menkes/Per/X/1999, ada tambahan bahan yang tidak diperbolehkan untuk makanan yaitu: Rhodamin B (pewarna merah), Methanyl Yellow (pewarna kuning), Dulsin (pemanis sintesis) dan Potassium Bromat (pengeras).
Oleh karena itu, informasi untuk mengidentifikasi apakah dalam makanan mengandung borax atau tidak, sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Berikut ini adalah prosedur analisa sederhana untuk identifikasi keberadaan borax dalam makanan :
1. Membuat kertas indikator curcumin / tumeric
Curcumin adalah salah satu zat aktif antioksidan yang banyak terdapat dalam kunyit / kunyit. Pembuatan kertas indikator curcumin sederhana bisa dilakukan dengan cara :
a. Menumbuk atau parut kunyit hingga diperoleh kira kira 3 gram parutan kunyit.
b.Peras parutan kunyit tersebut dan diperoleh larutan kunyit yang berwarna oranye.
c.Masukkan kertas saring yang telah dipotong 1x3 cm ke dalam larutan kunyit tersebut.
d. Biarkan beberapa saat sampai kertas saring menyerap larutan curcumin.
e. Ambil kertas indikator curcumin basah tersebut dan keringkan dengan cara diangin-anginkan.
f. Pengeringkan kertas indikator curcumin tidak dilakukan di bawah sinar matahari, supaya antioksidan curcumin yang berfungsi sebagai zat aktif indikator tidak rusak.
2. Ambil sampel yang akan diteliti keberadaan borax di dalamnya, misal mie, tahu, bakso, lontong, cilok, lupis, dll.
3. Tempelkan kertas indikator curcumin pada sampel (apabila sampel bakso/lontong/tahu, sampel diiris terlebih dahulu supaya pemeriksaan dapat dilakukan di bagian dalam)
4. Perhatikan perubahan warna yang terjadi pada kertas indikator curcumin. Jika terbentuk perubahan pada kertas indikator dari oranye menjadi hijau, maka sampel Anda positif borax.
Contoh hasil uji borax pada bakso yang dihaluskan dengan kertas tumeric / curcumin |
Selain menggunakan cara pengujian, identifikasi borax dalam makanan dapat dilakukan dengan mencermati makanan secara langsung, dengan cara :
- Mie Basah : tidak lengket, sangat kenyal, serta tidak mudah putus
- Bakso : tekstur sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging, tapi lebih cemerlang
- Bakso : tekstur sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging, tapi lebih cemerlang
keputihan.
- Lontong : rasa getir dan sangat gurih, serta beraroma sangat tajam
- Kerupuk : teksturnya sangat lembut dan renyah, bisa menimbulkan rasa getir di lidah
- Kerupuk : teksturnya sangat lembut dan renyah, bisa menimbulkan rasa getir di lidah
Mudah khan cara identifikasi keberadaan borax pada makanan. Anda bisa lakukan dan berikan informasi ini kepada orang di sekitar Anda supaya mendapatkan makanan yang sehat.
Salam sehat,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar