Saya ingin membagikan tulisan yang menarik perhatian. Pada halaman TREN, Kompas, Minggu 11 Mei 2010 oleh Samuel Mulia dengan judul tulisan ”Maha”.
...”Maha itu artinya ’besar sekali, paling, paling segalanya’.Jadi mahasiswa itu artinya siswa yang paling? Bisa paling kurang ajar, bisa paling santun? Apakah dengan predikat yang maha itu, mereka berhak mengenakan pakaian seperti baru bangun tidur, seperti yang saya perhatikan pada sore itu?
Saya tak tahu apakah maha dulu dengan maha sekarang punya arti yang berbeda, dan ditanggapi dengan berbeda pula. Apakah maha itu sebuah predikat yang juga mampu membuat seorang dosen berkeluh kepada saya sore itu. ”Mahasiswa sekarang senangnya bikin sakit kepala. Kalau lagi kuliah, main BB. Nanti kalau tidak lulus, datang kepada saya dan ngomong gini ”Pak, mbok tolong saya. Kalau saya nggak lulus, Bapak saya marah karena Bapak saya sudah tua dan uang yang dipakai sudah pas-pasan untuk menyekolahkan saya.” Di sisi waktu, ada yang mengatakan begini ”Pak, saya kan kerja selain kuliah. Mbok mohon pengertiannya.”
Karena maha kah mereka bisa melakukan itu? Apakah itu yang disebut perilaku maha? Tentu saya tak mau dihajar sejuta mahasiswa kala mereka selesai membaca tulisan ini, karena tak semua maha menjadi begitu. Tetapi, gambaran dan keluhan dosen pada sore itu membuat saya berkaca seperti biasa. Soal membuat orang lain bertanggungjawab atas kesalahan yang saya buat.
Mengapa saya begitu egoisnya menyeret orang untuk turut bertanggungjawab atas sesuatu yang tak mereka lakukan? Dan mengapa saya kemudian naik pitam karena mereka tak mau saya seret? Mahasiswa mau kerja sambil kuliah, atau mau tidak lulus dengan mengedepankan alasan kesulitan keuangan, itu juga buka urusan dosen. Itu keputusan si Maha, yang mau kerja sambil kuliah, dan yang mau tidak bertanggungjawab untuk kuliah dengan baik.
Kalau tidak mampu, jangan menyuruh manusia lain bertanggungjawab atas ketidakmampuan itu. Mungkin sebaiknya sedikit berpikir tenang sebelum menghadap dosen. Tanyakan kalau bisa beli BB, kok berkeluh uang kuliahnya pas-pasan?
Kalau dosen tak membantu si Maha mulai mengomel. Dosen sialan lah, dosen gitu lah, gini lah. Nanti kalau dibantu, si Maha jadi ngegosip, kalau dosen yang itu dan yang inu, mudah dirayu dengan mudah, hanya dengan menyodorkan alasan kelelahan batin serta fisik.
...Menjadi mahasiswa berarti diharapkan menjadi lebih dewasa ketimbang masa menjadi siswa SMA. Tetapi, pertanyaannya, dewasa seperti apa? Maha-kah mereka kalau samapai mampu membuat dosen pada posisi kefefet? Maha-kah mereka kalau di halaman pendidikan itu ada yang jualan narkoba, menghamili sesamanya, mencontek, bahkan mungkin ada yang menjadi pelacur? Pertanyaan lain muncul mengapa dosen tak disebut mahadosen?
Tanya :”Pak, kerja di mana?”
Jawab: ”Di universitas A.”
Tanya : ”Kerja sebagai apa, Pak?”
Jawab : ”Mengajar. Jadi dosen, Dik.”
Pernahkah Anda mendengar jawabannya begini ”Jadi mahadosen, Dik.”
Bagaimana dengan tanya jawab yang satu ini
Tanya : ”Dik, mahasiswa ya?”
Jawab : ”Ya, Mas.” atau ”bukan, Mas.”
Salam,
Rabu, 26 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengaruh Bahan Kimia Pada Manusia
Antara satu zat kimia dengan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi dapa...
-
Lebih baik melindungi dan menggunakan sumber air yang aman, seperti mata air atau sumur yang dilindungi daripada harus m...
-
Akademi Analis Kesehatan Nasional (AAK Nasional) menyelenggarakan program studi D3 Analis Kesehatan, yang mencetak tenaga ahli madya anal...
-
Penyediaan air minum di membutuhkan perhatian khusus dari kita. Keterbatasan masyarakat dalam menjangkau penyediaan air bersih memerluk...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar